Nama: Ahmad Husain
TTL: Grobogan, 27 April 1999
Hobi: Olahraga
Profesi: Pengasuh Asrama SMP Integral Luqman Al-Hakim Purwodadi
===============================================================
Saya adalah seorang lulusan Ponpes Ta’mirul Islam tahun 2017. Sebelum saya mondok di Ponpes Ta’mirul Islam, saya sempat mondok di Temboro. Waktu itu, saya tidak kerasan di Temboro. Saya sudah berusaha agar tetap menuntut ilmu di sana, tetapi akhirnya saya tidak kuat. Saya pun keluar dari Pondok Temboro. Maka orang tua segera mencarikan saya sekolah baru. Karena saya masih ingin mondok, maka mereka mencari pondok lain. Alhamdulillah kami kemudian bertemu dengan Ponpes Ta’mirul Islam.
Saya masuk Ta’mirul Islam pada tahun 2011. Waktu itu, bangunan-bangunan yang berdiri belum semegah sekarang. Bisa dibilang, keadaan Ta’mirul Islam masih cukup alami. Halaman dan lapangan masih berupa tanah yang becek bila musim hujan datang. Jadi saya merasakan betul perubahan lingkungan di Ta’mirul Islam.
Masalah yang saya hadapi saat menjadi santri baru adalah penyakit. Entah apa sebabnya, saya sering jatuh sakit. Meskipun hanya penyakit-penyakit ringan, tetapi tetap saja sangat mengganggu. Karena berbagai penyakit itu, saya jadi sering menangis dan kangen orang tua. Tentu, anak kecil yang sakit bakal sangat ingin diperhatikan oleh orang tua. Namun perhatian itu tidak bisa saya dapatkan. Memang sudah ada kakak pengurus OSTI dan ustadz yang memperhatikan saya, tapi itu tidak sama dengan perhatian yang diberikan oleh orang tua.
Untuk menghadapi masalah itu, saya hanya bisa berdoa dan bersabar. Semoga saya tidak sakit-sakitan dan kerasan di Ta’mirul Islam. Saya terus mencoba bertahan di Pondok dan tidak meminta pindah. Hal itu saya lakukan karena saya ingin membahagiakan orang tua yang sangat saya cintai. Alhamdulillah, Allah kemudian memberi saya kentraman hati. Penyakit pun berangsur-angsur berkurang dan jarang kambuh. Saya jadi sering berolahraga dan hal itu semakin menyehatkan saya.
Tahun-tahun pun berlalu. Saya akhirnya berhasil naik ke kelas 5 KMI. Itulah saatnya saya menjadi pengurus OSTI. Alhamdulillah, saya mendapat amanah sebagai Bag. Bahasa. Selama mengemban amanah tersebut, saya punya motto, “Suri tauladan itu penting.” dan “Bahasa adalah kunci ilmu.” Maka saya selalu mencoba menjadi seorang pengurus yang pantas diteladani oleh para anggota. Saya selalu menggunakan bahasa resmi, karena saya tahu itu akan berguna untuk kehidupan saya nanti.
Akhirnya, pada tahun 2017, saya dinyatakan lulus dari Ponpes Ta’mirul Islam. Saya sangat bahagia ketika akhirnya bisa lulus. Saya teringat kembali tekad saya dulu, bahwa, “Saya harus lulus!” Tekad itu adalah tekad yang saya dapatkan dari pendiri Ponpes Ta’mirul Islam; Kyai Nahar. Meskipun saya tidak sempat bertemu dengan beliau, tetapi pesan-pesan beliau yang saya dapatkan lewat cerita-cerita para ustadz berhasil menguatkan saya dalam menjalani kehidupan di Pondok.
Ustadz yang memberikan kesan mendalam pada saya adalah Ust. Halim. Saya merasa, tausiah-tausiah beliau telah menyemangati dan membimbing saya sampai bisa lulus dengan baik. Ustadz lain yang berkesan adalah Ust. Aziz Faizin. Beliau adalah ustadz yang selalu menguatkan saya saat saya masih duduk di kelas 1 KMI. Beliau adalah wali kelas saya di kelas 1C. Karena beliaulah, saya menjadi kerasan di pondok.
Setelah saya lulus, saya berusaha mengamalkan ilmu saya. Saya punya semboyan, “Santri selamanya.” dan “Hidup sekali, hiduplah yang berarti.” Usaha untuk mengamalkan ilmu itu akhirnya membuat saya mendapat amanah menjadi pengasuh di Asrama SMP Integral Luqman Al-Hakim Purwodadi.
Terakhir, pesan saya untuk para santri Ta’mirul Islam yang masih berjuang: Berikanlah kado terindah untuk orang tua di rumah dengan kelulusanmu.
(Ditulis oleh Opik Oman berdasarkan wawancara dengan Ahmad Husain)