Oleh Farisa Hasna Syahidah
Sudah satu minggu ini, Leona tidak masuk kelas. Dia dirawat di rumah sakit karena menderita kanker otak stadium akhir. Aku teringat bagaimana perangainya sebelum ia dirawat di rumah sakit. Dia sangat aktif, lucu, juga ceria.
Saat aku ulang tahun, ia memberiku boneka panda lucu. Aku sangat ingin membalasnya saat ulang tahunnya.
Hari ini tanggal 2 Juli, sedangkan ulang tahunya tanggal 8 Juli. Jadi, aku dan teman-teman merencanakan surprize untuknya.
Hari mulai berganti, sekarang sudah tanggal 5 Juli. Aku menjenguknya hari ini. Saat sampai di rumah sakit, aku langsung menangis melihat kondisinya semakin melemah.
Dia sekarang masuk ruangan ICU. Aku meminta izin kepada dokter untuk masuk ke ruang ICU, aku pun diperbolehkan untuk masuk.
“Leona, apa kabar?” Tanyaku, tapi dia hanya menjawab dengan air mata.
“Kenapa Leona? Kenapa kamu meneteskan air mata?”
Dia hanya menjawab dengan lirih.
“Aku menyerah Livi.” Katanya.
“Kamu nggak boleh ngomong gitu, aku tahu kamu kuat.” Jawabku.
“Tolong panggilkan teman-teman yang lain.” Pintanya.
“Ok.” Jawabku.
Lalu, aku memanggil teman-teman yang lain. Aku meminta tolong kepada mereka untuk membawakan hadiah Leona.
Selang beberapa waktu, mereka datang. Lalu kami memberikan hadiah berupa boneka beruang untuknya.
Lalu Leona berkata, “Terima kasih atas apa yang telah kalian berikan kepadaku. Dan aku mohon, maafkan aku apabila aku mempunyai salah. Sejak SD kita bersahabat, sampai sekarang kelas 2 SMP. Jadi tolong jangan lupakan aku. Mungkin hari ini adalah hari terakhir kita untuk bertemu.”
Mendengar itu, aku dan teman-teman hanya bisa menangis.
Lalu, sekitar lima menit dia mulai melantunkan kata, “Laa ilaaha illallah.”
Tidak lama kemudian, dia memejamkan mata. Dan ternyata benar hari ini adalah hari terakhir kami bertemu, dan boneka beruang itu adalah hadiah terakhir untuknya.