Dirosah : Tradisi Lebaran

Tidak terasa ibadah puasa dibulan Ramadhan tahun ini akan segera berakhir, semoga kita masih dipertemukan oleh Allah swt dengan bulan Ramadhan ditahun depan. Setelah selesai bulan puasa masuklah kita di dalam bulan syawal. Di bulan syawal ada satu hari yang mana hari itu sangat ditunggu-tunggu seluruh umat Islam, yaitu Hari Raya Idul Fitri.

Hari Rraya Idul Fitri adalah puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban puasa itu sendiri yaitu menjadi manusia yang bertakwa. Dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri umat Islam khususnya di Indonesia mempunyai bermacam-macam tradisi, antara lain:

  1. Memakai Baju Baru

Di Indonesia perayaan Hari Raya Idul Fitri selalu dibarengi dengan tradisi memakai baju baru. Tidak heran ketika memasuki hari-hari terakhirr bulan Ramadhan sejumlah pusat perbelanjaan ramai dikunjungi untuk membeli baju baru untuk lebaran.  Tradisi memakai baju baru sudah berlangsung cukup lama dan turun temurun meskipun tidak ada kewajiban agama untuk melakukannya namun masyarakat muslim Indonesia sudah terbiasa tampil dengan baju baru dihari yang suci.

Perlu kita ketahui bersama bahwa Hari Raya Idul Fitri tidak harus serba baru, namun bila ada yang baru dan bagus maka hendaknya dipakai. Bila tidak ada yang baru maka gunakan pakaian yang paling bagus.

Baju baru yang kita beli dan akan kita pakai untuk sholat Idul Fitri hendaknya dicuci dahulu demi menjaga kesucian pakaian, yang mana kesucian pakaian menjadi syarat sahnya sholat. Hal ini sangat dianjurkan karena kita tidak bisa memastikan bahwa pakaian yang baru kita beli pasti suci, sehingga demi menjaga kehati-hatian hendaknya pakaian yang baru kita beli kita cuci dulu sebelum kita pakai untuk sholat.

  1. Ketupat

Orang yang pertama kali memperkenalkan ketupat adalah Sunan Kalijaga, beliau seorang penyebar agama Islam di pulau jawa yang sangat terkenal. Kata ketupat atau kupat dalam bahasa jawa bukanlah sekedar berarti sejenis makanan tradisional jawa yang identik dengan hari raya Idul Fitri. Tapi kata ketupat atau kupat memiliki makna yang sangat dalam yaitu ngaku lepat dan juga memiliki kepanjangan laku papat.

  1. Ngaku Lepat

Ngaku lepat maksudnya ialah mengaku bersalah atau mengakui bahwa ia punya salah kepada orang lain, sehingga harus saling maaf dan memaafkan. Permintaan maaf ini biasanya pertama kali adalah sungkem kepada orang tua setelah itu kerabat yang lebih tua setelah itu baru kunjung ke rumah tetangga.

  1. Laku Papat

Laku papat maksudnya empat tindakan dalam perayaan Idul Fitri, yaitu:

  • Lebaran

Lebaran yang berarti selesai. Maksudnya bahwa puasa satu bulan telah selesai.

  • Luberan

Luber berarti berlimpah, seperti sumber air yang meluber dan mengairi lahan disekitarnya. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kita telah diberi anugerah yang melimpah oleh Allah swt dan sebagai penerima anugerah dan nikmat yang banyak kita harus menjadi saluran bagi orang-orang yang kurang beruntung dengan cara bersedekah dan berzakat.

  • Leburan

Leburan maknanya habis dan melebur. Maksunya dosa-dosa dan kesalahan kita telah diampuni oleh sebab itu agar dosa-dosa dan kesalahan kita dimaafkan oleh orang lain kita harus terlebih dahulu memaafkan dosa dan kesalahan orang lain.

  • Laburan

Berasal dari kata labur yaitu mengecat dengan kapur sehingga berwana putih. Artinya kembali memperbarui dan mengisi hati dengan hal-hal yang suci dan bersih.

  1. Halal Bi Halal

Setelah satu bulan umat Islam memperbaiki hubungannya dengan Allah swt di bulan Ramadhan, maka datanglah Hari Raya Idul Fitri. Setelah selesai berhari raya (khususnya di Indonesia) ada sebuah trdisi untuk memperbaiki dan mempererat hubungan antar sesama manusia. Tradisi tersebut populer dengan sebutan Halal Bi Halal sebuah nama dan istilah yang digunakan untuk saling memaaf-maafkan.

Dalam menjalani kehidupan di dunia yang penuh dengan cobaan ini manusia sering melakukan dosa baik dosa kepada Allah swt (berupa melaksanakan apa dilarang dan meninggalkan apa yang diperintah) maupun berbuat dosa kepada sesama manusia.

Dosa kepada Allah swt bisa dilebur dan diampuni dengan datangnya bulan Ramadhan yang penuh dengan ampunan, namun dosa kepada sesama tidak bisa diampuni dengan banyaknya ibadah yang kita lakukan melainkan harus meminta maaf kepada orang yang pernah kita dzolimi.

Karena pentingnya maaf dari sesama manusia maka tradisi Halal Bi Halal sangat ditunggu-tunggu meskipun idealnya setiap orang yang berbuat salah hendaknya langsung meminta maaf tanpa menunggu Hari Raya Idul Fitri, namun sangat berat sekali hal itu untuk dilakukan. oleh sebab itu tradisi Halal Bi Halal bisa menjadi salah satu momen penting untuk saling maaf memaafkan.

[Tri Agus Santoso]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *