Disarikan dari Mater “Khutbatul ‘Arsy : Dari Masa ke masa”
Pondok Pesantren Ta’mirul Islam terletak di tengah-tengah Kota Surakarta, Pondok Pesantren Ta’mirul Islam berdiri sejak tahun 1986, kurang lebih 31 tahun yang lalu. Jika kita berkunjung ke Pondok Pesantren Ta’mirul Islam kita akan menemukan dua Motto Pondok yaitu “ISO NGAJI LAN ORAKALAH KARO SEKOLAH NEGERI” (Bisa “ngaji”dan tidak kalah dengan sekolah negeri) dan “AL QURANU TAJUL MA’HAD WAL LUGHOTU LIBASUHU” (Al Quran merupakan Makhota Pondok dan Bahasa merupakan Pakaian Pondok). Apabila kita hanya sekedar membaca dan sekedar mendengar dua Motto Pondok di atas maka seolah-olah hanya untaian kata yang kurang arti dan tidak memiliki makna, namun jika kita telaah dan kaji lebih mendalam lagi dari dua Motto di atas maka kita akan menemukan hikmah yang sangat besar dan makna yang sangat dalam.
Setiap santri yang belajar di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam harus bisa menjaga dan mewujudkan2 motto di atas, jika ada santri yang belum bisa mengaplikasikan kedua motto pondok di atas seolah-olah belajarnya belum sempurna. Apabila kita cermati ulang antara dua motto pondok di atas maka keduanya saling melengkapi tidak dipisah satu dengan yang lainnya, santri Ta’mirul Islam tidak boleh mempunyai prinsip saya hanya mau belajar Al Quran dan tidak mau berbahasa resmi, atau sebaliknya dia hanya bersungguh-sungguh dalam berbahasa resmi namun tidak memperhatikan aspek Al Quran.
ISO NGAJI menurut para pendahulu (sesepuh) di kampung Tegalsari dimana Pondok Pesantren Ta’mirul Islam berdiri mempunyai dua arti yaitu ISO NGAJI berarti bisa Membaca Al Quran dengan baik dan benar (fasih) dan ISO NGAJI juga berarti bisa dan mampu membaca kitab kuning (turast).
- ISO NGAJI berarti Fasih membaca Al Quran
Dalam mewujudkan santri yang mampu membaca Al Quran dengan fasih bahkan mampu menghafal Al quran 30 juz, Pondok Pesantren Ta’mirul Islam menerapkan beberapa tingkatan (Marhalah) yang harus ditempuh oleh setiap santri:
- MarhalahTahsinul Qiroah
Marhalah ini diperuntukkan bagi seluruh santri baru yang masuk di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, marhalah ini lebih menekankan pada perbaikan bacaan sholat santri dan perbaikan bacaan Al Quran. Karena tidak semua santri baru yang masuk ke Pondok Ta’mirul Islam memiliki latar belakang yang sama. Maka dengan adanya Marhalah Tahsinul Qiroah diharapkan santri yang baru masuk bisa memperbaiki bacaan sholat dan bacaan Al Qurannya. Jika santri di Marhalah Tahsinul Qiroah telah menyelesaikan seluruh kurikulumnya, maka ia berhak untuk ikut ujian kenaikan Marhalah, jika lulus maka ia akan naik ke Marhalahberikutnya, jika belum lulus maka ia akan dikembalikan lagi kepada Mu’allimnya untuk diperbaiki lagi.
- Marhalah Hifzhu Juz ‘Amma
PadaMarhalah ini santri di dorong untuk segera menghafalkan Juz ‘Amma (Juz 30). Sebelum santri menghafalkan seluruh surah dalam Juz ‘Amma maka akan disimak dulu bacaan Juz ‘Amma. Jika santri telah menyelesaikan Kurikulum di Marhalah ini, maka ia boleh mengikuti ujian kenaikan Marhalah.
- Marhalah Bin Nadzor
Pada Marhalah ini santri akan di simak 30 juz oleh muallim dan santri diwajibkan untuk menghafalkan beberapa surat pilihan.
- Marhalah Halaqoh
Pada Marhalah ini santri saling menyimakbacaan Al Quran (satu membaca dan yang satu mendengarkan) jika ada kesalahan maka saling membenarkan. Pada marhalah ini sebenarnya menjadi latihan awal untuk mengajarkan Al Quran. Selain saling menyimak dan belajar mengajar Al Quran pada marhalah ini santri juga ditutut untuk menghafalkan beberapa surat pilihan.
- Marhalah Ta’limul Quran
Pada marhalah ini santri diberikan tanggung jawab untuk mengajar Al Quran kepada adik kelasnya dibawah pengawasan LP2QB, pada marhalah ini santri diharapkan benar-benar bisa mengajarkan Al Quran. Marhalah inisebagai bentuk latihan sebelum mengajarkan Al Quran kepada masyarakat umum.
- Program Tahfidzul Quran
Program ini dikhususkan bagi santri yang memiliki kemampuan dan keinginan kuat dalam menghafal Al Quran, diharapkan setelah selesai belajar di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam juga selesai pula menghafal Al quran.
- ISO NGAJI berarti bisa membaca kitab kuning
Tidak dipungkiri lagi bahwa seluruh keilmuan Islam banyak dituangkan dalam kitab yang berbahasa Arab atau biasa yang disebut dengan kitab kuning. Santri Pondok Ta’mirul Islam diajarkan untuk selalu membaca kitab, hal ini dimulai sejak masuk dan lebih ditekankan lagi sejak kelas 2 KMI, yaitu dengan memberikan buku-buku pelajaran Arab gundul (tanpa harakat). Apabila santri memiliki kemampuan berbahasa yang bagus maka dengan mudah ia akan lancar membaca kitab, namun sebaliknya jika bahasa Arab yang dimiliki lemah maka akan sangat sulit untuk memahami kitab-kitab karangan ulama-ulama.
( Ustadz Tri Agus Santoso, MPI Koordinator Lembaga Pengawasan dan Pengembangan al-Qur’an dan Bahasa (LP2QB) Ponpes Ta’mirul Islam )
[AKRAB Edisi 6 | September 2017)