Language Day atau Hari Bahasa adalah salah satu program kerja Bagian Bahasa Organisasi Santri Ta’mirul Islam yang diadakan setahun sekali, bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Muharram. Ajang ini merupakan salah satu bentuk komitmen Pondok Pesantren Ta’mirul Islam dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris. Yang tersirat dalam mottonya, “Allughotu libasul-ma’had.” atau “Bahasa (Arab dan Inggris) adalah pakaian pondok.”
Pada tahun ini, Language Day diadakan pada hari Kamis, 21 September. Ajang ini berupa berbagai perlombaan yang menekankan kemampuan berbahasa.
Berikut daftar perlombaan tersebut:
1. Lomba Cerdas Cermat Bahasa Resmi
Lomba ini terdiri dari 40 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima orang (campuran dari kelas 1 – 5 KMI. Pada awalnya, mereka melewati babak seleksi hingga tersisa empat kelompok untuk maju ke babak final. Para dewan juri memberi soal Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
2. Lomba Duet Baca Puisi Berbahasa Resmi
Lomba ini diikuti oleh perwakilan setiap kelas yang terdiri dari dua orang. Mereka membaca puisi berbahasa Inggris. Juara pertama direbut oleh perwakilan kelas 4 KMI (Nurul Ernesto, Galuh Nafisah). Sementara juara kedua didapatkan oleh perwakilan kelas 3 KMI (Millati Muthmainnah, Hayya Bilkis Ezzana).
3. Lomba Mading Berbahasa Resmi
Lomba ini diikuti oleh setiap rayon. Mereka membuat mading dengan tema 1 Muharrom menggunakan bahasa resmi. Pada lomba ini, Rayon Umar bin Khattab keluar sebagai pemenang.
4. Lomba Yel-yel Kelas Berbahasa Resmi
Para santri berlomba membuat yel-yel kelas masing menggunakan bahasa resmi. Lomba ini dijuarai oleh kelas 5 KMI pada urutan pertama dan kelas 4 KMI pada urutan kedua.
5. Lomba Band Berbahasa Resmi
Lomba ini diikuti oleh semua rayon. Mereka berlomba menyanyikan lagu berbahasa resmi yang bernuansa Islami. Pada lomba ini, Rayon Umar bin Khattab kembali menjadi juara.
6. Lomba Rangking 1 Bahasa
Lomba ini diikuti oleh seluruh santri. Mereka diberi soal oral oleh juri, kemudian dijawab pada lembar jawaban. Para peserta yang salah menjawab harus keluar ruangan, hingga akhirnya tersisa tiga santri terbaik untuk penentuan juaranya.
(Opik Oman)