Sragen- Salah satu orientasi Pondok Pesantren Ta’mirul Islam kampus Masaran (PPTI) dalam mendidik santrinya adalah kemasyarakatan. Bagaimanapun juga, masyarakat adalah tempat pengabdian selanjutnya bagi alumni Ta’mirul Islam usai lulus dari lembaga pendidikan ini. Untuk itu, Pondok membekali santri-santri dengan kemampuan berorasi atau biasa disebut Muhadhoroh.
Muhadhoroh adalah salah satu kegiatan pembelajaran di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, dalam rangka melatih kemampuan orasi dan public speaking para santri.
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional Diselenggarakanlah Lomba Pidato Bahasa Indonesia pada Kamis (22/10) malam agar para santri terdidik menjadi “mundziru al-qaum” (‘orang yang mengingatkan umat’). Sehingga, mereka mampu melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad Saw untuk menyampaikan risalah suci Agama Islam.
Acara yang digelar di Masjid Baitul Muttaqin tersebut diikuti oleh 8 kontestan, utusan dari Santri Kelas 1–4 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI). Pidato yang mereka sampaikan mengarah kepada tema yang telah disepakati panitia pelaksana dari yaitu “Pemuda Sekarang pemimpin di masa depan”. Dengan mengusung tema ini, kepanitiaan yang dikoordinasi Bagian Pengajaran Organisasi Santri Ta’mirul Islam (OSTI) itu berharap melahirkan para pejuang/ pemimpin fi sabilillah, yang selalu ikhlas tanpa pamrih.
“Hakikat pidato bukan sekadar suara keras dan semangat saja, namun apa yang keluar harus ada ilmunya,” tutur Ustad Tri Agus Santoso, M.Pd.I koordinator LP2QB yang bertugas mewakili Pimpinan Pondok membuka acara lomba pidato kali ini.
Di akhir lomba, kontestan dari Kelas 1 Intensif , Rifky Jati, berhasil meraih Juara 2. Juara 1 diraih oleh Bilal Ahmad Taufik, santriwan Kelas 2A.