Wisuda Ma’had Aly Ta’mirul Islam

Surakarta – Sabtu (29/08/2020), Ma’had Aly Ta’mirul Islam Surakarta meluluskan 23 mahasantri dalam “Rapat Senat Terbuka Wisuda Mahasantri ke-4” terdiri dari 10 wisudawan dan 13 wisudawati. Acara ini bertempat di pelataran gedung sewindu.

Acara inti dimulai dari menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Oh pondok ku. Pembacaan ayat suci al-Quran oleh Usth Inayatun Laila, S.Pd. Setelah itu, Rapat Senat Terbuka dibuka oleh Mudir Ma’had Aly, H. Buya Sunardi Sujani, S.Th.I, M.Pd.I. , sambutan wakil wisudawan, kemudian sambutan dari kepala Kemenag surakarta, orasi ilmiah oleh Dr. Waryono Abdul Ghofur dan ditutup doa oleh KH Muhammad Halim.

Prosesi wisuda mahasantri ke-4 Ma’had Aly Ta’mirul Islam Surakarta, diawali dengan pembacaan surat keputusan kelulusan para mahasantri dan pemanggilan para wisudawan/wisudawati oleh Ust. Tri Agus Santoso, M.Pd dan Ust. Kadin Jaladri, M.A.

Berlanjut rangkaian sambutan. Pertama, disampaikan oleh Mudir Ma’had Aly Ta’mirul Islam Surakarta Ust.H. Buya Sunardi Sujani, S.Th.I, M.Pd.I. “Mudah-mudahan wisudawan-wisudawati ini, kita tidak melihat dari sini kuantitas yang sedikit ini. Tapi yang sedikit ini mudah-mudahan memiliki kualitas yang terbaik,” ungkap beliau.

Orasi ilmiah disampaikan Dr. Waryono, M.Ag dari PD Pontren pusat melalui banyak poin menarik. Salah satunya yaitu tentang sejarah adanya Ma’had Aly di Indonesia. Beliau juga menyampaikan motivasi kepada hadirin bahwa ilmu yang dipelajari harusnya menyeluruh. juga menjelaskan ketika momen wisuda tersebut bahwa hari ini bukanlah berhentinya menuntut ilmu, tapi sampai wafat nanti.

Di penghujung acara nasehat dan doa, disampaikan oleh KH. Muhammad Halim,S.H, “Selamat, mudah-mudahan anda bisa memperoleh kemajuan dimanapun anda berada dan tetap menjadi perekat umat. Dan anda selalu memperoleh manfaat dari ilmu yang anda peroleh. jadilah santri yang baik. Yaitu santri yang bisa mengamalkan ilmu yang anda peroleh di pesantren ke dalam kehidupan anda sehari-hari. Itu menurut saya, akhlak. Yang kedua, janganlah belajar ilmu agama untuk mencari kekayaan, untuk mencari kedudukan, dan untuk mencari kemasyhuran. Tidak perlu itu. Kalau anda kejar, belum tentu anda dapat. Kalau anda kejar, tidak dapat, lalu anda kecewa. Jalani saja dengan sebaik-baiknya, berusaha dengan sebaik-baiknya. Soal kedudukan, soal rezeki, soal lain-lain itu serahkan kepada Allah. Allah lebih tahu daripada kita, apa yang lebih baik untuk diri kita, Dan tetap berpegang teguh pada panca jiwa pondok,” terang beliau.

Terakhir, sesi foto bersama menjadi ajang bentuk kebahagiaan sebagai pesta kelulusan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *