Metode Mengajar Kyai Nahar

Oleh Opik Oman

Ust. Jumari Noor Ali, ketika ditanya tentang apa yang paling berkesan dari Kyai Nahar, menjawab, “Kyai Nahar itu kalau mengajar menyenangkan. Saat dulu masih menimba ilmu di KMI, saya dan teman-teman selalu menanti-nanti beliau untuk mengajar kami. Waktu itu, beliau mengajar pelajaran tafsir.”

Ketika saya kejar dengan pertanyaan, “Bagaimanakah cara mengajar Kyai Nahar, sehingga antum menganggapnya menyenangkan?”

Ust. Jumari menjawab, “Cara mengajar beliau biasa saja. Sederhana. Tapi kita paham.”

Saya kemudian mencoba mengingat kembali saat Kyai Nahar mengajar saya. Saya pernah diajar oleh beliau selama tiga tahun menempuh pendidikan di Ponpes Ta’mirul Islam.

Apa yang diucapkan oleh Ust. Jumari benar sekali. Tidak ada yang istimewa dari cara mengajar beliau. Biasa banget. Namun mengapa santri-santrinya menganggap cara mengajar beliau menyenangkan?

Saya mencoba menjabarkan cara mengajar beliau, poin demi poin.

  1. Persiapan

Kyai Nahar tidak pernah mengajar asal-asalan. Baik itu di depan kelas atau di depan masyarakat umum. Beliau selalu membuat persiapan. Persiapan itu, beliau tulis di buku agenda. Saat beliau wafat, buku-buku agenda itu ditemukan oleh putra beliau, KH. Mohammad Halim. Di setiap lembarnya tertulis poin-poin ceramah dan tempat serta hari ceramah itu akan disampaikan. Para santri beliau juga terbiasa melihat beliau berceramah saat Khutbatul Arsy sambil membuka buku agenda beliau.

Apa yang dilakukan oleh Kyai Nahar ini adalah metode dasar dalam ceramah. Di Ta’mirul Islam, muhadhoroh (latihan pidato) adalah salah satu ekstrakurikuler yang wajib diikuti. Sebelum berpidato, setiap santri diharuskan menulis teks pidato terlebih dahulu.

Biasanya, seiring pengalaman, seorang penceramah akan meninggalkan persiapan tertulis seperti itu. Jika diminta ceramah, dia akan langsung berbicara. Merasa tak perlu lagi membuat persiapan tertulis. Namun hal itu tidak berlaku bagi Kyai Nahar. Meski sudah menjadi ulama yang dalam sehari bisa diminta bertausiah di tiga tempat, beliau tetap menyempatkan diri untuk membuat persiapan di malam harinya. Tak heran, jika isi ceramah beliau selalu berbeda.

  1. Ringkas, padat, to the point

Siapa pun yang pernah mendengar ceramah Kyai Nahar akan setuju bahwa beliau tak pernah bertele-tele dalam menyampaikan materi. Tak ada usaha untuk memanjang-manjangkan waktu. Tak ada keinginan untuk melucu. Tidak tiba-tiba membahas hal lain yang tidak berkenaan dengan pokok materi yang hendak disampaikan.

Durasi ceramah beliau terhitung pendek jika dibandingkan para penceramah lain. Bisa dikatakan, rata-rata durasi ceramah beliau adalah setengah jam. Setidaknya, itu menurut pengalaman saya.

  1. Metode deduktif

Metode deduktif (umum-khusus) adalah metode yang menempatkan gagasan utama di awal. Metode yang dipakai oleh Kyai Nahar ini disadari oleh Ust. Agus Setyawan. Ust. Agus mengamati gaya tausiah Kyai Nahar dan adik ipar beliau, Kyai Abdullah. Kyai Abdullah biasa memaparkan dalil-dalil Alquran dan hadist terlebih dahulu, baru kemudian menjelaskan kesimpulan apa yang bisa diambil dari dalil-dalil tersebut (metode induktif (khusus-umum). Sementara Kyai Nahar cenderung menyampaikan poin paling penting dari ceramahnya di awal, baru kemudian dikuatkan dan dijabarkan dengan dalil-dalil.

  1. Materi membumi

Kyai Nahar selalu menyesuaikan antara materi yang beliau sampaikan dengan pendengar. Jangan sampai materi yang disampaikan terlalu jauh di atas awan, alias ngawang-awang.

Ust. Beirul pernah mengatakan bahwa ibroh yang digunakan oleh Kyai Nahar saat bertausiah di depan para santri pasti selalu hal yang sangat dekat dengan kehidupan para santri. Saat membicarakan tentang keikhlasan, umpamanya, beliau akan mencontohkan keikhlasan para ustadz dalam mendidik santri.

Empat poin di atas adalah yang bisa saya simpulkan dari pengalaman saya sendiri dan pengalaman orang lain.

Dari sana, jelas bahwa apa yang dilakukan oleh Kyai Nahar tidak sulit-sulit amat untuk ditiru. Beliau hanya melakukan hal-hal dasar saja.

Saya jadi ingat kata-kata seorang pendekar saat melatih muridnya, “Tidak ada ilmu rahasia. Yang rahasia ada di dasar. Kuasai teknik dasar dengan sempurna. Itu yang akan membuatmu menjadi ahli.”

Ya, meniru cara mengajar Kyai Nahar memang mudah. Namun yang sulit adalah melakukannya dengan sempurna. Yang pasti, hanya latihan yang akan menyempurnakan.

Wa Allahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *