Keutamaan Puasa Di bulan Muharram

Umat Islam telah memasuki tahun baru Islam. Kalender akan berganti dengan bulan Muharram dengan beragam keutamaan dan kebaikan yang melingkupi. Karenanya, harus menyiapkan diri untuk menyambut bulan istimewa tersebut dengan ibadah terbaik, termasuk puasa.

Mengapa puasa sangat dianjurkan untuk dilakukan di bulan Muharram? Hal tersebut tidak lepas dari keutamaan yang melingkupinya. Karena keutamaan puasa Muharram sangat banyak, yang di antara keunggulannya adalah 5 sebagaimana keterangan berikut:

1. Menjadi Puasa Paling Utama

Hal tersebut sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim berikut :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم)

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam. (HR Muslim).

2. Mengisi Bulan MuliaBahwa puasa di bulan Muharram termasuk dalam keutamaan berpuasa dalam bulan mulia atau al-asyhurul hurum. Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam hadits berikut:

عَنِ الْبَاهِلِيِّ أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَنَا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتُكَ عَامَ الْأَوَّلِ. قَالَ: فَمَا لِي أَرَى جِسْمَكَ نَاحِلًا؟ قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا بِالنَّهَارِ، مَا أَكَلْتُهُ إِلَّا بِاللَّيْلِ. قَالَ: مَنْ أَمَرَك أَنْ تُعَذِّبَ نَفْسَكَ؟ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي أَقْوَى. قَالَ: صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بَعْدَهُ وَصُمِ الْأَشْهُرَ الْحُرُمَ. (رَوَاهُ دَاوُدَ وَابْنِ مَاجَهْ وَغَيْرِهِمَا)

Artinya: Diriwayatkan dari al-Bahili: Aku mendatangi Rasulullah SAW, lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku adalah lelaki yang pernah mendatangimu pada tahun pertama? Rasulullah SAW bersabda: Dulu aku tidak melihat tubuhmu lemah? Al-Bahili menjawab: Wahai Rasulullah, aku tidak mengonsumsi makanan di siang hari, aku tidak memakannya kecuali di waktu malam. Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang menyuruhmu menyiksa dirimu? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, sungguh aku mampu berpuasa (terus-menerus). Rasulullah SAW bersabda: Puasalah bulan sabar (Ramadhan) dan tiga hari setelahnya, dan puasalah pada bulan-bulan mulia. (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan selainnya).

3. Berpahala Sebulan

Puasa sehari dalam bulan Muharrram pahalanya sama dengan puasa 30 hari atau sebulan penuh.Keterangan berdasarkan riwayat dalam sebuah hadits berikut ini:

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ كَاَن لَهُ كَفَارَةً سَنَتَيْنِ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا. (رواه الطبراني في الصغير وهو غريب وإسناده لا بأس به)

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa. (HR At-Thabarani dalam Al-Mu’jamus Shaghîr. Ini hadits gharîb namun sanadnya tidak bermasalah). (Abdul Adhim bin Abdul Qawi al-Mundziri, At-Targhîbu wat Tarhîbu minal Hadîtsisy Syarîf, [Beirut, Dârul Kutubil ‘Ilmiyyah], juz II, halaman: 70).

4. Melebur Dosa Setahun

Khusus puasa hari Asyura pada tanggal 10 Muharram, maka akan menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits berikut:

عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ. (رواه مسلم)

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Qatadah RA: Sungguh Rasulullah SAW bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu menjawab: Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat. (HR Muslim).

5. Pembeda dengan Umat Yahudi

Khusus puasa Tasu’a pada 9 Muharram dan puasa 11 Muharram yang dijadikan pelengkap puasa Asyura pada 10 Muharram, menjadi pembeda umat Islam dengan umat Yahudi yang sama-sama berpuasa di hari Asyura. Hal ini seperti diriwayatkan dalam hadits:

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا مَرْفُوعًا: صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ، صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ (رواه أحمد)

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dengan status marfu (Rasulullâh bersabda): Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya. (HR Ahmad).

Di akhir hayat Rasullah SAW memang suka membedakan ritual umat Islam dengan umat Yahudi. Dalam konteks ini Al-Hafidh Ibnu Hajar mengatakan maka tingkatan puasa Asyura itu ada tiga: yakni puasa hari Asyura saja. Atau puasa Asyura disertai puasa Tasu’a, serta puasa Asyura disertai puasa Tasu’a dan puasa 11 Muharram. (Ahmad bin Ali bin Hajar Al-‘Asqalani, Fathul Bâri Syarhu Shahîhil Bukhâri, [Bairut, Dârul Ma’rifah: 1379 H], juz IV, halaman: 245-246).

Suasana makan sahur santri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *